Terapi Ruqyah

Penulis: M. Darojat Ariyanto
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102 Telp (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448. website: http// www.ums.ac.id Email: ums@ums.ac.id
ABSTRAK

Masih ada dalam masyarakat kita yang mempunyai persepsi yang kurang benar tentang ruqyah, mereka beraganggapan bahwa ruqyah hany digunakan untuk mengusir jin saja.Dari penelusuran penulis, ternyata ruqyah mempunyai manfaat untuk beberapa terapi diantaranya, untuk terapi penyakit fisik dan psikis. Secara medis terapi ruqyah sudah diakui keefektifannya untuk mengobati penyakit fisik maupun psikis. Terapi ruqyah yang digunakan untuk mengusir jin keefektifannya tergantung pada keadaan terapis, pasien, dan lingkungan dalam proses terapi.
Pendahuluan
Ada persepsi di kalangan masyarakat awam bahwa terapi ruqyah adalah terapi untuk gangguan atau kesurupan jin atau hal-hal yang bersifat gaib. Kesalahan persepsi tersebut boleh jadi karena sering diadakan ruqyah masal untuk mengusir jin yang ada di dalam diri manusia. Biasanya sebelum diadakan ruqyah masal, peruqyah memberi penjelasan-penjelasan tentang ruqyah yang hanya terbatas untuk mengusir jin. Jarang para peruqyah menjelaskan lebih luas penggunaan metode ruqyah tersebut untuk penyembuhan fisik dan psikis. Paling-paling peruqyah hanya menjelaskan masalah ruqyah syar’iyyah dan ruqyah syirkiyyah dan kurang pembahasan secara ilmiah.
Demikian juga beberapa kajian atau pertemuan ilmiah yang membahas ruqyah masih terbatas membahas metode ruqyah untuk mengusir jin. Biasanya dibahas juga dalam kajian atau pertemuan ilmiah tersebut masalah ruqyah syar’iyyah dan ruqyah syirkiyyah. Jarang dibahas penggunaan ruqyah untuk penyembuhan lebih luas dan ilmiah. Pembahasannya biasanya lebih bersifat fiqhiyyah dari pada ilmiah. Pembahasan yang bersifat fiqhiyyah tidak berarti jelek, tetap bagus, tetapi jika tidak disertai penjelasan yang bersifat ilmiah metode ruqyah kurang dikomunikasikan dengan metode kesehatan lainnya yang bersifat ilmiah. Padahal ,menurut penulis, terapi ruqyah merupakan bagian integral dari kedokteran holistik yang sekarang dikembangkan di dunia kedokteran.
Oleh karena itu dalam tulisan ini secara singkat akan dibahas penggunaan metode ruqyah lebih luas cakupannya dan secara singkat dikaitkan dengan penemuan-penemuan ilmiah di bidang kesehatan baru-baru ini.
Dasar-dasar Terapi Ruqyah
Dasar-dasar terapi ruqyah terdapat di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah. Dasar-dasar tersebut antara lain:
Di dalam Surat Al Israa’ ayat 82 Allah berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَاهُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَيَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ اِلاَّ خَسَاراً (الاسراء: 82).
Dan Kami turunkan Al-Qur’an menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian (S. Al-Israa’: 82).
Di dalam beberapa Hadis disebutkan:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “خَيْرُ الدَّوَاءِ القُرْآنُ (رواه ابن ماجه).
Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) Al-Qur’an.” (H. R. Ibnu Majah).
عَنْ اَبِى حُزَامَةٍ قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ اَرَاَيْتَ رُقًّى نَسْتَرْقِيْهَا وَدَوَاءً نَتَدَاواى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيْهَا. هَلْ تَرُدُّ مِنْ قَدْرِاللهِ شَيْئاً فَقَالَ هِىَ مِنْ قَدَرِ اللهِ (رواه احمد والترمذى).
Dari Abi Khuzamah, ia berkata: Aku berkata: Ya Rasulullah! Bagaimana pendapatmu tentang melafazkan kata-kata doa untuk memohon kesembuhan (ruqyah), kami bacakan ruqyyah itu dan tentang obat yang kami pergunakan untuk mengobati penyakit serta tentang kata-kata doa untuk mohon perlindungan/pemeliharaan (taqiyyah), lalu kami bacakan taqiyyah itu? Tidaklah hal itu berarti menolak taqdir (ketentuan) Allah? Maka Nabi SAW menjawab: Hal itu juga termasuk taqdir Allah (H. R. Ahmad dan Turmudzi).
عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنِ اشْتَكَى مِنْكُمْ شَيْئاً اَوِ اشْتَكَاهُ اَخٌ لَهُ فَلْيَقُلْ: رَبَّنَااللهَ الَّذِىْ فِى السَّمَآءِ تَقَدَّسَ اسْمُكَ وَاَمْرُكَ فِىالسَّمَآءِ وَاْلاَرْضِ كَمَارَحْمَتُكَ فِى السَّمَآءِ فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ فِىاْلاَرْضِ وَاغْفِرْلَنَاذُنُوْبَنَاوَخَطَايَانَا اَنْتَ رَبُّ الطَّيِّبِيْنَ اَنْزِلْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ وَشِفَاءً مِنْ شِفَاعِكَ عَلَى هذَ الْوَجْعِ فَيَبْرَأَ بِاِذْنِ اللهِ (رواه ابوداود).
Dari Abi Dardaa’, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Barangsiapa di antara kamu mengadukan (kepada Allah) tentang sesuatu atau saudaranya yang mengadukan (kepada Allah) tentang sesuatu (penyakit), maka hendaklah dia mengucapkan (doa): Ya Tuhan kami, Allah yang berada di langit! Maha Suci nama-Mu. Perintah-Mu lah yang (berlaku) di langit dan bumi. Sebagaimana rahmat-Mu di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu di bumi. Ampunilah dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kami. Engkau-lah Tuhan seluruh orang-orang yang baik (sehat). Turunkanlah rahmat dan kesembuhan dari sisi-Mu terhadap penyakit ini. Maka penyakit akan sembuh dengan izin Alah (H.R. Abu Dawud).
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ الْخُذْرِيِّ قَالَ اَنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاِمُ اَتَى النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَامُحَمَّدٌ اَشْتَكَيْتَ؟ قَالَ: نَعَمْ. فَقَالَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِاسْمِ اللهِ اَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ يُؤْذِيْكَ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ اَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ اَللهُ يَشْفِيْكَ بِاسْمِ اللهِ اَرْقِيْكَ (رواه مسلم).
Dari Abi Sa’id Al Khudri, ia berkata: Bahwasanya Jibril ‘Alaihis Salam datang kepada Nabi SAW, lalu berkata: ‘Ya Muhammad! Sakitkah engkau?’ Nabi berkata: ‘Ya.’ Maka Jibril AS. berkata: ‘Dengan nama Allah, aku mohonkan ruqyah untukmu dari setiap penyakit yang menimpamu dan juga dari setiap jiwa maupun mata orang yang dengki. Allah akan menyembuhkan engkau. Dengan nama Allah, aku akan melakukan ruqyah untukmu.’ (H. R. Muslim).
Terapi Ruqyah
Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah terapi ruqyah merupakan terapi dengan melafatkan doa baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah untuk menyembuhkan suatu penyakit (Agil, 1994: 41). Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah terapi ruqyah tidak terbatas pada gangguan jin, tetapi juga mencakup terapi fisik dan gangguan jiwa.
Terapi ruqyah, menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah, merupakan salah satu metode penyembuhan yang digunakan oleh Rasulullah saw. Di samping metode ruqyah Rasulullah saw. juga menggunakan metode pembekaman, pemanasan, makanan, minuman, harum-haruman, lingkungan, dsb. (Agil, 1994: 2-22).
Terapi ruqyah ini secara syariat dibagai menjadi dua, yaitu Ruqyah Syar’iyyah dan Ruqyah Syirkiyyah. Ruqyah Syar’iyyah mempunyai tiga syarat. Pertama, menggunakan ayat-ayat Al Qur’an atau Hadis dengan tanpa mengubah susunan kalimatnya. Kedua, menggunakan bahasa Arab yang fasih, dibaca denagn jelas, sehingga tidak berubah dari makna aslinya. Ketiga, meyakini bahwa bacaan ayat-ayat Al Quran dan Hadis tersebut hanyalah merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan, sedangkan yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah SWT sendiri. Oleh karena hendaklah memperbagus sarana tersebut sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun Ruqyah yang Syirkiyyah adalah ruqyah dengan memohon bantuan kepada selain Allah atau memohon kepada Allah sekaligus juga memohon kepada yang lain. Bacaannya pun tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, meskipun kadang-kadang caranya mirip dengan ruqyah syar’iyyah (Bishri, 2005: 21-22). Misalnya Al Quran dibaca dari huruf yang terakhir (dibolak balik), atau membaca mantra-mantra dengan mengagungkan syetan atau jampi-jampi buatan seseorang dengan bahasa tertentu (Majalah Ghaib, No.3/Tahun 1/ 2003: 45).
Terapi Ruqyah untuk Penyakit Fisik
Ada beberapa contoh ruqyah untuk pengobatan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Misalnya ruqyah untuk menyembuhkan sengatan kalajengking. Sebagaimana disebutkan di dalam Hadis sbb:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syuaibah dalam Musnad-nya dari Hadis Abdullah bin Mas’ud , ia menceritakan:
بَيْنَارَسُوْلُ الله صلعم يُصَلِّى, اِذْ سَجَدَ: فَلَدَ غَتْهُ عَقْرَبٌ فِى اِصْبِعِهِ, فَانْصَرَفَ رَسُوْلُ الله صلعم, وَقَالَ: لَعَنَ الله ُ الْعَقْرَبَ: مَاتَدْعُ نَبِيّاً وَلاَ غَيْرَهُ. قاَلَ: ثُمَّ دَعَا بِاءِنَافِيْهِ مَاءٌ وَمِلْحٌ, فَجَعَلَ يَضَعُ مَوْضِعَ اللَّدْغَةِ فِى الْمَاءِ وَ الْمِلْحِ, وَيقْرَأُ قُلْ هُوَ الله ُ أَحَدٌ, وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ. حَتَّى سَكَنَتْ.
Ketika Rasulullah SAW shalat, pada saat beliau berujud, tiba-tiba seekor kalajengking menyengat jari tangannya. Maka Rasulullah keluar dan berkata: Semoga Allah melaknat kalajengking. Kalajengking tidak membeda-bedakan antara seorang nabi dengan yang lainnya. Kemudian Rasulullah menyuruh diambilkan air dan garam, lalu bagian yang disengat kalajengking tersebut direndam dengan air garam itu sambil membaca Qul huwallahu ahad dan muawwidzatain sehingga rasa sakitnya reda.
Selanjutnya diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Utsman bin Abil Ash diceritakan bahwa ia pernah datang menemui Rasulullah menceritakan sakit yang diseritanya di bagian tubuhnya semenjak ia masuk Islam. Maka Nabi SAW bersabda:
“Letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkan bismillah tiga kali, dan ucapkanlah doa berikut sebanyak tujuh kali:
أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَ قُدْرَتِهِ, مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari keburukan apa yang kudapati dan kukhawatirkan akan terjadi.”
Menurut Ibnul Qayyim Al –Jauziyah terapi ruqyah ini mengandung beberapa hal, antara lain menyebut nama Allah, menyerahkan urusan kepada-Nya, memohon perlindungan dengan kemuliaan dan kekuasaan-Nya dari bahaya rasa sakit. Semua cara ini dapat menghilangkan rasa sakit, lalu diulang-ulang agar lebih manjur dan lebih mengena. Sama halnya dengan meminum obat yang juga harus berulangkali agar dapat mengeluarkan materi penyakit. Bilangan tujuh kali itu mengandung keistimewaan (Abu Umar, 2005: 225-226).
Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Nabi SAW apabila menjenguk keluarganya yang sedang sakit,beliau mengusap tubuhnya dengan tangan kanan beliau sambil berkta:
اَللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, أَذْهِبِ الْبَأْسَ: وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِى, لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاؤُكَ, شِفَاءً لاَيُغَادِرُ سَقَماً.
Ya Allah, Rabb dari sekalian manusia! Lenyapkanlah rasa sakitnya, berikanlah kepadanya kesembuhan karena Engkau adalah Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan karena pertolongan-Mu; kesembuhan yang tidak diiringi dengan sakit lain.
Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah ruqyah ini mengandung unsur tawassul kepada Allah melalui kesempurnaan rububiyah dan rahmat-Nya yang memberi kesembuhan. Karena memang Allah satu-satunya yang dapat memberikan kesembuhan. Sesungguhnya kesembuhan itu berasal dari-Nya. Oleh karena itu ruqyah ini sudah mengandung tawassul kepada Allah melalui tauhid, ihsan dan keyakinan terhadap Rububiyah Allah (Abu Umar, 2005: 225-226).
Terapi ruqyah dengan membaca ayat-ayat atau doa dari Al Qur’an dan As Sunnah telah banyak dipraktekkan dalam penyembuhan penyakit fisik. Di Indonesia misalnya dilakukan oleh Ustadz Haryono dengan membaca Al Fatihah dan ayat-ayat maupun do’a dari Al Qur’an dan As Sunnah. Kurang lebih sembilan juta pasien pernah ditanganinya (Damarhuda, 2005: 1-2, 52). Berdasarkan berbagai kesaksian, banyak dari pasiennya mengalami kemajuan dalam kesehatannya maupun memperoleh kesembuhan. Demikian juga beberapa Pondok Pesantren, Yayasan Islam, Kyai, Ustadz, dan banyak orang Islam secara individu maupun kelompok telah mempraktekkan ruqyah untuk penyakit fisik.
Secara medis terapi ruqyah dalam arti membacakan ayat-ayat atau doa-doa dari Al Qur’an maupun As Sunnah mempunyai pengaruh dalam penyembuhan fisik. Sebanding dengan terapi ruqyah, terapi doa telah diteliti keefektifannya dalam penyembuhan fisik. Dr. Dossey, dokter lulusan Universitas di Texas, menjelaskan bahwa setelah ia mengumpulkan beberapa penelitian tentang terapi doa, dia menjelaskan bahwa ternyata doa dapat mengendalikan sel-sel kanker, sel-sel pemacu, sel-sel darah merah, enzim, bakteri, jamur, dan sebagainya (T. Hemaya, 1997: 171-172). Senada dengan Dr. Dossey, William G. Braud, direktur riset di Institute of Transpersonal Psychology di Palo Alto, melaporkan bahwa manusia mampu mempengaruhi secara mental dan dari jarak jauh, berbagai sasaran biologis misalnya bakteri, koloni ragi, motile algae (semacam tumbuhan), tanaman, protozoa, larva, woodlice (semacam kutu kayu), semut, anak ayam, tikus, kucing, anjing, juga preparat sel (sel darah, neuron, sel kanker) dan kegiatan enzim. Pada sasaran manusia, misalnya mempengaruhi gerakan mata, gerakan motorik, kegiatan elektrodermal, kegiatan pletismografik, pernafasan, dan irama otak (Saputra, 2003: 306). Hal ini menunjukkan bahwa doa atau kegiatan pikiran manusia dapat mempengaruhi makhluk, termasuk kesehatannya. Selanjutnya Dr. Dadang Hawari menyatakan bahwa suatu studi terhadap 393 pasien jantung di San Fransisco menunjukkan bahwa kelompok pasien yang terapinya ditambah dengan terapi doa sedikit sekali yang mengalami komplikasi, sedang yang tidak menggunakan terapi doa banyak menimbulkan komplikasi dari penyakit jantungnya (Hawari, 1997: 8). Berikutnya dr. H. Tb. Erwin Kusuma Sp Kj, seorang spesialis kedokteran jiwa di klinik Prorevital, menyatakan bahwa air yang telah diberi doa akan berubah struktur molekunya dan dapat digunakan sebagai obat (Intisari, 2002: 61-64). Senada dengan pendapat dr. H. Tb.Erwin di atas, sebuah penelitiandi Jepang yang dilakukan oleh Dr. Emoto menunjukkan bahwa struktur molekul air akan berubah bila diberi kata-kata atau suara. Ia kemudian menjelaskan bahwa tubuh manusia kurang-lebih 70 persennya adalah air, maka akan ada perubahan bila diberi kata-kata, suara, atau doa (Bambang, 2006: 14-19). Perubahan struktur air di dalam tubuh ini mempengaruhi tingkat kesehatannya.
Beberapa penelitian tentang efek doa terhadap kesehatan di atas, secara tidak langsung, membuktikan bahwa terapi ruqyah, doa dari Al Qur’an dan As Sunnah, mempengaruhi terhadap penyembuhan sakit fisik.
Terapi Ruqyah untuk Gangguan Jiwa
Adapun terapi ruqyah untuk gangguan jiwa disebutkan di dalam beberapa hadis berikut:
Di dalam Sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih melalui Kharijah Ibnush Shilt, dari pamannya yang menceritakan:
اَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَاَسْلَمْتُ, ثُمَّ رَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى قَوْمٍ عِنْدَ هُمْ رَجُلٌ مَجْنُوْنٌ مُوْثَقٌ بِالْحَدِيْدِ, فَقَالَ اَهْلُهُ اِنَّاحُدِّثْنَا اَنَّ صَاحِبَكَ هذَا قَدْ جَاءَ بِخَيْرٍ, فَهَلْ عِنْدَكَ شَيْءٌ تُدَاوِيْهِ؟ فَرَقَيْتُهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ, فَبَرَأَ, فَاَعْطَوْنِى مِائَةَ شَاةٍ, فَاَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَخْبَرْتُهُ فَقَالَ هَلْ اِلاَّ هذَا وَفِى رِوَايَةٍ: هَلْ قُلْتَ غَيْرَ هذَا؟ قُلْتُ, لاَ, قَالَ: خُذْهَا فَلَعَمْرِى لَمَنْ اَكَلَ بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ,لَقَدْ اَكَلْتَ بِرُقْيَةِ حَقٍّ.
Aku datang kepada Nabi saw. dan masuk Islam, kemudian aku pulang. Aku bertemu dengan suatu kaum, di antara mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam keadaan diikat dengan belenggu besi. Lalu keluarganya berkata, “Sesungguhnya kami mendapat berita bahwa temanmu itu (Nabi saw.) telah datang dengan membawa kebaikan, apakah engkau punya sesuatu untuk mengobatinya?” Aku meruqyahnya dengan bacaan Fatihatul Kitab, ternyata ia sembuh, lalu mereka (keluarga si sakit) memberikan seratus ekor kambing. Aku datang kepada Nabi saw. dan menceritakan hal itu kepadanya, lalu beliau bersabda, “Apakah hanya ini (yang engkau ucapkan)?” Menurut riwayat yang lain disebutkan, “Apakah engkau mengucapkan selain itu?” Aku menjawab, “Tidak.” Beliau saw. bersabda, “Ambillah ternak itu. Demi umurku, sesungguhnya orang yang memakan dari hasil ruqyah batil (tidak boleh tetapi engkau memakan dari ruqyah yang benar.”
Selanjutnya disebutkan juga di dalam hadis riwayat Abu Dawud. Di dalam hadis tersebut Abu Dawud mengatakan bahwa dia mengetengahkannya melalui Kharijah, dari pamannya yang menceritakan:
اَقْبَلْنَا مِنْ عِنْدِ النَّبِىِّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَتَيْنَا عَلَى حَيٍّ مِنَ الْعَرَبِ فَقَالُوْا:عِنْدَكُمْ دَوَاءٌ, فَاِنَّ عِنْدَنَا مَعْتُوْهاً فِى الْقُيُوْدِ فَجَاؤُوْابِالْمَعْتُوْهِ فِى الْقُيُوْدِ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ غُدْوَةً وَعَشِيَّةً, اَجْمَعُ بُزَاقِى ثُمَّ اَتْفُلُ فَكَأَنَّمَانَشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَاَعْطَوْنِى جُعْلاً فَقُلْتُ لاَفَقَالُوْا سَلِ النَّبِىَّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: قُلْ فَلَعَمْرِى مَنْ اَكَلَ بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ لَقَدْ اَكَلْتَ بِرُقْيَةِ حَقٍّ.
Kami kembali (pulang) dari sisi Nabi saw., lalu kami sampai pada suatu kabilah orang Badui. Mereka berkata, “Apakah kalian memiliki obat penawar, karena sesungguhnya di kalangan kami ada seorang yang gila dibelenggu dengan rantai.” Lalu mereka mendatangkan orang gila tersebut dalam keadaan terbelenggu. Maka aku membacakan kepadanya Fatihatul Kitab selama tiga hari setiap pagi dan petang. Aku menghimpun ludahku, lalu kuludahkan kepadanya sehingga si gila tersebut seakan-akan baru lepas dari ikatannya (sembuh), lalu mereka memberiku upah. Tetapi aku berkata, “Jangan.” Mereka berkata, “ Tanyakanlah dahulu kepada Nabi saw.” Aku bertanya kepada Nabi saw. dan beliau bersabda, “Makanlah demi umurku, barang siapa yang memakan (dari hasil) ruqyah yang batil (hukumnya haram), sesunguhnya engkau makan dari ruqyah yang benar.”
Terapi ruqyah untuk gangguan jiwa ini telah dipraktekkan di beberapa pesantren di Indonesia. Misalnya di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya (Praja, 1995: 61-63), Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta, Pondok Pesantren Al Ghafur Situbondo (Rendra, 2000: 219), Pondok Pesantren Al Islamy, Kulon Progo, Yogyakarta (Setyanto, 2005: 55-58), dan di beberapa Pondok Pesantren maupun Yayasan Islam lainnya.
Secara medis metode ruqyah dalam arti membacakan ayat-ayat atau doa-doa yang terdapat di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah, sudah dapat diterima keefektifannya dalam terapi gangguan jiwa. Beberapa penerapan terapi doa, senada dengan ruqyah (doa dari Al Qur’an dan As Sunnah) yang dilakukan pada terapi gangguan jiwa di berbagai tempat telah membantu penyembuhan para penderita gangguan jiwa. Misalnya Dr. Dossey , dokter lulusan Universitas di Texas, menjelaskan bahwa hasil penelitian di Universitas Redland, California menunjukkan bahwa doa mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan gangguan jiwa (T. Hemaya, 1997: 171-172). Selanjutnya hasil penelitian Snyderman (1996) menyatakan bahwa terapi medik saja tanpa disertai dengan agama (berdoa dan berzikir) tidaklah lengkap, sebaliknya terapi agama saja tanpa disertai dengan terapi medik tidaklah efektif (Hawari, 2002: 24). Suatu organisasi yang bernama Pastoral and Humanization Service telah memberikan pelayanan kesehatan jiwa agama ke rumah-rumah sakit dalam bentuk rawatan rohani pada penderita yang selama ini hanya menerima rawatan medik psikiatrik saja. Ternyata metode integrasi ini membawa hasil yang lebih baik, yaitu gejala-gejala gangguan jiwa lebih cepat teratasi dan lamanya perawatan di rumah sakit jiwa (long stay hospitalization) dapat diperpendek (Hawari, 2002: 50).
Berdasarkan beberapa penelitian tentang pengaruh do’a terhadap penyembuhan gangguan jiwa di atas, secara tidak langsung membuktikan bahwa terapi ruqyah, dengan menggunakan doa dari Al Qur’an dan As Sunnah, mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan gangguan kejiwaan.
Terapi Ruqyah untuk Gangguan Jin
Gangguan Jin merupakan fenomena penyakit yang khas, meskipun biasanya mempunyai gejala yang hampir sama dengan penyakit fisik dan psikis. Biasanya baru diketahui setelah berbagai macam pengobatan fisik dan psikis gagal mengatasinya. Misalnya pasien sudah diobati dengan berbagai obat fisik, tetapi tidak ada pengaruhnya dan sakitnya tetap tidak berkurang. Demikian juga pasien sudah diberi berbagai obat psikis, misalnya obat penenang, tetapi pasien tetap tidak bisa tidur dan tetap agresif maupun menutup diri dalam jangka waktu lama. Tetapi kadang-kadang cepat diketahui oleh orang yang berpengalaman dalam meruqyah gangguan jin, karena ada tanda-tanda khusus yang tampak (misalnya pandangan mata maupun pancaran energinya yang dapat dirasakan). Tetapi yang paling jelas adalah reaksi si pasien setelah dibacakan ayat-ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Al Qur’an dan As Sunnah. Biasanya ada reaksi geliatan tubuh, mimik takut atau marah, teriakan-teriakan, dan sebagainya.
Berkaitan dengan fenomena di atas, maka terapi ruqyah terhadap gangguan jin perlu dilakukan. Ali bin Muhammad bin Mahdi al Qarni dan Syek Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz secara garis besar menjelaskan proses terapi ruqyah terhadap gangguan jin sebagai berikut:
1. Pada Tahap Persiapan
a. Bagi terapis :
1) Mempunyai akidah yang bersih dan murni dan direalisasikannya dalam ucapan dan perbuatan.
2) Ia yakin bahwa firman Allah mempunyai pengaruh yang dahsyat untuk mengusir jin dan setan atas izin Allah SWT.
3) Mengetahui seluk beluk tentang jin.
4) Mengetahui pintu-pintu atau peluang-peluang masuknya jin.
5) Mengetahui perbuatan-perbuatan haram yang menyebabkan masuknya setan.
6)Biasa berdzikir kepada Allah SWT.
7) Beniat ikhlash ketika mengobati.
8) Sebelum mengobati hendaknya ia dan pasien berwudlu terlebih dahulu.
9)Memohon bantuan kepada Allah SWT dalam mengusir jin.
10)Menjauhkan tempat pengobatan dari lagu-lagu, musik, gambar-gambar yang menjurus pada maksiyat, situasi yang menjurus maksiyat, anjing di rumah, dsb.
b.. Bagi Pasien.
1) Si pasien dan keluarga diberi pengetahuan dan nasihat-nasihat tentang aqidah Islam yang benar dan murni sehingga hatinya terlepas dari ketergantungan selain Allah SWT.
2) Dijelaskan pada pasien perbedaan pengobatan ruqyah dengan pengobatan ahli sihir dan dukun, serta dijelaskan pada pasien bahwa Al Quran mengandung obat dan rahmat bagi orang yang beriman.
3) Jika pasien memakai azimat hendaknya dibuang dan dibakar.
4) Jika pasien tersebut seorang wanita, hendaknya tertutup auratnya, disertai seorang mahram, dan orang lain selain mahramnya dilarang masuk ke tempat pengobatan.
2. Pada tahap pengobatan
Pada tahap ini terapis membaca Surat atau ayat-ayat yang dapat mengusir jin, misalnya: Al Fatihah, Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas, ayat Kursi, tiga ayat terakhir dari Surat Al Baqarah, dsb.
3. Pasca Pengobatan.
a. Si pasien hendaknya menjaga shalat berjamaah.
b. Si pasien senantiasa berdzikir kepada Allah SWT.
c. Si pasien beberapa hari atau minggu setelah pengobatan kembali lagi pada terapis untuk dibacakan ayat-ayat Al Qur’an kembali.
d. Si pasien hendaknya selalu membaca basmalah setiap saat dan kesempatan.
e. Si pasien aktif mendengarkan bacaan Al Quran atau membacanya sendiri (Ali, 1999: 80-86).
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa terapi ruqyah tidak hanya digunakan untuk terapi gangguan jin sebagaimana difahami orang, tetapi dapat juga digunakan untuk penyembuhan sakit fisik maupun psikis. Secara medis terapi ruqyah dapat diterima keefektifannya dalam penymbuhan fisik maupun psikis.
Penutup
Terapi ruqyah merupakan salah satu terapi yang digunakan Rasulullah SAW dari beberap terapi yang lain dalam mengobati penyakit. Terapi ruqyah tidak hanya digunakan untuk mengusir jin, tetapi juga untuk terapi penyakit fisik dan psikis. Secara medis terapi ruqyah sudah diakui keefektifannya untuk mengobati penyakit fisik maupun psikis. Terapi ruqyah yang digunakan untuk mengusir jin keefektifannya tergantung pada keadaan terapis, pasien, dan lingkungan dalam proses terapi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abu Umar Basyir Al-Maidani (trans.). Metode Pengobatan Nabi SAW. Jakarta: Griya Ilmu, 2005.
Bambang Trim dan Deny Riana (ed.). The True Power of Water Hikmah Air dalam Olahjiwa. Bandung: MQ Publishing, 2006.
Bishri, Hasan. 53 Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah Terapi Gangguan Sihir dan Jin Sesuai Syariat Islam. Jakarta: Ghaib Pustaka, 2005.
Damarhuda dan Imawan Mashuri. Zikir Penyembuhan ala Ustadz Haryono. Malang: Pustaka Zikir, 2005.
Hawari, Dadang. Do’a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Jakarta: PT Dana Bhakti Primayasa, 1997.
_______________. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002.
Hosen Arjaz Jamad dan Wasmukan (trans.). Doa-doa Penangkal Setan. Surabaya: Risalah Gusti, 1999.
INTISARI, April, 2002, pp. 60-64.
MAJALAH GHOIB, Edisi No.3/Tahun 1/ 1423 H/2003, p. 45.
Praja, Juhaya S. Model Tasawuf menurut Syari’ah Penerapannya dalam Perawatan Korban Narkotika dan Berbagai Penyakit Rohani. Tasikmalaya: Penerbit PT Latifah Press Institut Agama Islam Latifah Mubarakiyah (IAILM) Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, 1995.
Rendra K(ed.). Metodologi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
S. Agil Husin Munawar dan Abd. Rahman Umar (trans.). Sistem Kedokteran Nabi Kesehatan dan Pengobatan menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW. Semarang: Penerbit Dina Utama Semarang, 1994.
Saputra, Arvin (trans.). Healing Beyond the Body Penyembuhan dan Penyegaran Tubuh serta Jiwa. Batam: Interaksara, 2003.
Setyanto, Arif Tri. Pengaruh Dzikir terhadap Reaksi Fustrasi pada Pengguna Napza (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Islamy, Kulon Progo, Yogyakarta). Skripsi pada Jurusan Ushuluddin FAI-UMS tidak diterbitkan, 2005.
Teungku Muhammad Hasbi Ashshiddieqy. Pedoman Dzikir dan Doa. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002.
T. Hemaya (trans.). Kata-kata Yang Menyembuhkan Kekuatan Doa dan Penyembuhan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar